Kamis, 06 November 2014

ARTIKEL MOTIVASI PSIKOLOGI

BY JASNI ELREAL



Miskin Kok Milih…..
Miskin kok milih… Inilah kata-kata yang pernah menjadi pertanyaan saya dahulu. Ini pula yang membuat saya terpacu. Iya, miskin kok milih. Kalau kaya banyak pilihan. Kalau miskin ya tentunya sedikit pilihan. Gak percaya ? coba saja masuk Restoran, dan mulailah memilih menu. Kalau miskin nan kere, tentunya memilih menu makanan yang dilihat pertama kali adalah kolom sebelah kanan. Dan biasanya pilihan pasti terbatas. Coba kalau kaya nan keren, yang dilihat kolom kiri dulu baru kanan. Orang kaya gak masalah dengan yang kanan. Karena mereka bisa jadi kaya, karena otak kanannya yang bekerja. Sebaliknya orang menjadi miskin, karena otak kirinya yang dominan, alias otak kanannya yang bermasalah.
Oopss…sorry buat yang tersinggung dengan kata-kata di atas, saya gak bermaksud menyinggung siapapun. Toh, saya tidak menuliskan nama seseorang di artikel ini. Kalau anda tersinggung, ya apa boleh baut, itu artinya anda membuka rahasia anda sendiri… Tapi, gak pa pa lah, toh tidak ada yang melihat anda juga. Itu artinya bagus juga kalau tersinggung, Miskin kok milih… Miskin kok minta dihargai… Duhhhh… pedas sekali ya artikel sharing saya yang kali ini. Ya, gimana lagi. Saya dulu pernah sempat merasakan ini walaupun sebentar. Ketika saya miskin, karena saat itu kondisi keluarga sedang terpuruk dalam perekonomian, saya tidak merasakan mendapatkan penghargaan dari siapapun. Ortu saya dijauhi beberapa temennya. Ya itu, karena miskin memang tidak punya harga.
Ehmmm.. bukan maksud saya menghina yang miskin loh ya. Saya teringat masa lalu saya dulu walaupun cuma sebentar. Ini kan artikel saya yang buat, saya yang cerita, jadi tidak bermaksud sama sekali menyinggung orang lain, apalagi para pembaca, saya yakin para pembaca adalah orang-orang yang Kaya.
Ya, itulah kehidupan. Orang miskin harta boleh, tapi jangan sampai miskin hati. Tapi, miskin harta boleh, bukan berarti diizinkan oleh Tuhan. Tuhan lebih menginginkan umatnya kaya, baik kaya hati ataupun kaya harta. Kenapa ? Karena orang miskin harta susah juga. So, Saya belajar dari mentor dan buku yang saya baca, dan beberapa tahun lalu, saya memutuskan bahwa saya haruslah keluar dari kemiskinan. Karena miskin itu tidak punya banyak pilihan. Terima kasih Tuhan, hari ini ada banyak kelimpahan yang bisa saya rasakan.
So apapun pilihan anda, pastikan jauhi kemiskinan, baik miskin harta, apalagi miskin hati. Ya, memang uang tidak dibawa mati, harta tidak dibawa mati. Ada sih orang miskin yang bilang seperti ini,”Udahlah buat apa banyak uang, toh uang juga tidak dibawa mati.” Ya betul juga, tapi sekarang ini matipun butuh uang. Kalau mati tidak ada uang, gimana harus kuburnya. Beli tanah kuburan saja bayar pake uang. hahaha… duh, kok jadi ngomong yang serem-serem. Ntar pembaca jadi takut… Ihhh… serem…
Oke lah, saya ganti ke yang lucu-lucu aja… Ini ada kisah 2 orang pemuda, yaitu satu dari singapura dan satu lagi dari Indonesia. Dua orang ini berboncengan sepeda motor dan jalan-jalan keliling Jakarta.  Si Pemuda dari Indonesia sebagai supirnya dan pemuda dari Singapura sebagai penumpangnya. Namun, malang di kata. Mereka ditabrak mobil dan akhirnya dibawa ke rumah sakit. Mereka pun diopname. Saudara dari pemuda Indonesia ini pun berkunjung dan menemui dokter.
“Bagaimana dokter? Apakah pemuda Singapura ini gegar otak akibat kecelakaan ini?”
“Ya, kecelakaan yang dialami memang cukup berat. Pemuda Singapura ini mengalami gegar otak karena kecelakaan itu (karena gak pake helm pengaman)”
“Wahh… jadi si orang singapura itu gegar otak ya. Terus bagaimana saudaraku? kan saudaraku yang bawa motor? apakah gegar otak juga?,” tanya si orang ini lagi.
“Ehhhmmm… kalau yang satu lagi, yang orang kita, orang Indonesia, harusnya sih gegar otak juga”
“Ooo…jadi dia tidak tidak gegar otak ya? Walau harusnya gegar otak?.. Ohh..untunglah dia tidak gegar otak… Syukurlah… ”
“Ya, gimana dia harus gegar otak, Coz dia “tidak punya otak”
Ahhh…cerita di atas hanyalah cerita fiktif. Kesamaan tokoh dan pelaku hanyalah fiktif juga,jadi janganlah dipercaya. hahaha…..
So.... Tanamkan selalu dalam diri Kita bahwa Kita adalah ORANG KAYA... KAYA HARTA... KAYA UANG... KAYA HATI..... KAYA ILMU...
dansebagainya....




MURAI BATU BATAM




KAMPONG SEMBULANG HULU (GALANG BATAM)

BY JASNI SEMBULANG




ARTIKEL MOTIVASI


BY JASNI SEMBULANG



Les Miserables : Harga Seorang Manusia
“Mati bukanlah soal,  yang mengerikan adalah tidak hidup”
Jean Valjean
Laki-laki yang dipenjara karena persoalan sepele itu memang bernasib malang. Hukum mengganjarnya dengan tidak adil. 19 tahun dipenjara untuk sebuah roti dan beberapa kali usaha melarikan diri. Ia sendiri tentu tidak pernah menyangka sebelumnya bahwa pencurian yang dilakukan hanya karena ingin menyelamatkan keluarganya yang kelaparan itu, membuat dirinya terlibat akan konflik moral berkepanjangan. Jean Valjean, lelaki itu keluar dari penjara dengan api dendam yang berkobar. Diperlakukan semena-mena, hukum yang kaku, aturan yang dingin, hanya secuil dari segudang ketidakpuasaan akan hidup yang dirasainya. Bertemulah ia dengan seseorang, Uskup Myriel, nama orang itu. Mantan narapidana, yang tidak diterima oleh masyarakat itu, akhirnya diterima bernaung di rumah Sang Uskup. Tidak hanya sekedar diterima, ia diperlakukan sebagai layaknya seorang manusia. Manusia, bukan mantan narapidana.
Tetapi seolah air susu yang dibalas dengan air tuba, Valjean mencuri bahkan memukul Sang Uskup hingga pingsan. Perhiasan lilin perak itu pun diambilnya dari tangan ‘pahlawan yang menolongnya‘. Tetapi ternyata hidup, tidak seperti hukum-hukum dunia. Hidup adalah hakim yang adil. Valjean tertangkap. Gilanya, Uskup Myriel malah membela pencuri itu. Orang tua yang bijak itu malah berdalih, bahwa ialah yang memberikan itu pada Valjean, bahkan meminta maaf, karena merasa pemberiannya itu tidak cukup.
Si Penjahat justru diselamatkan oleh orang yang ia aniaya. Kejadian ini menggoncangkan Valjean. Gurun yang membara itu kini telah diguyur hujan lebat. Inilah awal cara pandang baru yang dimiliki Valjean. Benih perubahan itu pun mulai tumbuh. Walau tidak mudah, dan kadang terjatuh, ia tetap bertarung. Seolah petinju yang babak belur dihajar lawan, namun Valjean memutuskan tidak beringsut dari ring tanding. Seakan mendapatkan sebuah jubah baru, ia berusaha keras keluar dari masa lalu yang suram. Bukan persoalan sepele.
Bayangan raksasa itu laksana kulit yang selalu menempel pada tubuhnya. Tidak mungkin lari. Sepanjang hidup ia terlibat pergumulan untuk “hidup benar tapi menderita, ataukah hidup sebaliknya”. Akhirnya Jean Valjean pun dapat mengakhiri pertarungan itu dengan baik.
Bagi sebagian orang penggemar novel dan film drama, cerita di atas pastilah tidak asing lagi. Les Miserables karya Victor Hugo memang fenomenal. Tidak terhitung bahasa yang menterjemahkan novel ini. Belum lagi film adaptasinya yang berjumlah puluhan. Dan kini, jangankan dikalangan kutu buku, demikian banyak seminar dan motivator terinspirasi akan novel tahun 1862-an itu, dan mengangkatnya kehadapan para audiens.
Bagi Anda yang belum pernah membaca novel karya Victor Hugo ini, saya sarankan untuk segera membacanya. Atau jika membaca merupakan kegiatan yang tidak terlalu Anda sukai,ada baiknya Anda mencari versi film nya. Dari semua orang yang pernah menonton ataupun membaca Les Miserables, hampir semua sepakat, bahwa intisari dari novel itu adalah betapa berharganya nilai manusia.
Bicara soal harga manusia, Prof. Norweigh, seorang pakar kimia dan komputer, dalam sebuah jurnal kedokteran ‘iseng’ menghitung harga seorang manusia. Mengejutkan, jika diuangkan, total harga organ tubuh, enzim, kelenjar dll dari manusia itu total berharga kurang lebih USD 85 milyar. Bahkan untuk sebuah zat penumbuh rambut saja, dengan perkiraan dibutuhkan orang sampai 50 th sebanyak 20 gram, satu gramnya berharga USD 2 juta !
Jadi jangan pernah pandang remeh rambut Anda, entah ia keriting, lurus, tipis, berombak atau apapun, karena harganya mahal. Ngomong-ngomong, ada sesuatu yang menarik dari penyelidikan sang profesor, yaitu satu-satunya komponen yang tidak dapat dimasukkan dalam perhitungan itu adalah nyawa manusia. Jadi harga semahal itu hanya untuk tubuh, jeroan-jeroan dan berbagai bahan kimia didalam tubuh kita.
Memang sampai sekarang, belum pernah ada ilmuwan yang ‘berani’ menghitung harga sebuah nyawa manusia, mungkin karena memang hanya itu satu-satunya item yang tidak bisa dihargai alias tak terkalkulasi lagi. Berarti jika ditotal-total, kita ini, atau lebih tepatnya hidup Anda dan saya itu jauh..jauh..jauh lebih berharga dari USD 85 milyar.
Percaya atau tidak, itu benar adanya ! Tetapi harga yang demikian seolah jadi tidak berharga jika kita melihat banyak orang memilih untuk melacurkan atau menjual diri, atau terikat akan berbagai kebiasaan yang merendahkan harkat dan martabatnya, atau bahkan menukar dirinya dengan uang, jabatan, posisi yang dia pandang sangat berharga. Ironis memang, tetapi itulah manusia.

 Pernah seorang bijak berkata pada saya demikian, “Tuhan itu tahu persis betapa berharganya diri kita, setan pun tahu betapa mulianya kita, satu-satunya yang bodoh itu ya kita sendiri. Manusia sering tidak tahu betapa berharganya dirinya”.
Nah, kembali lagi ke Les Miserables nya Victor Hugo, Uskup Myriel rupanya termasuk segelintir manusia yang tahu betapa berharganya manusia, betapapun hitam jejak langkah yang ditinggalkannya di masa lalu. Dan rupanya sudut pandang yang demikian, punya kuasa untuk mengubah (sebenarnya saya lebih suka memakai kata ‘mengingatkan’) pribadi seorang Valjean.
Inilah yang membuat Valjean memutuskan untuk ‘hidup’ dan bukan sekedar ‘tidak mati’. Untuk bertarung sekuat tenaga dan menang, bukan meninggalkan gelanggang pertandingan dengan kibaran bendera putih setengah tiang.
Bagaimana dengan Anda dan saya ? Apakah kita sudah berada dalam keadaan ‘hidup sebenar-benarnya’ ataukah kita sebenarnya sudah tidak hidup, bahkan jauh hari sebelum kita divonis mati ?
Sepertinya jawaban atas pertanyaan itu, sedikit banyak akan melibatkan sebuah pertanyaan lagi, tentang seberapa paham kita akan harga kita sebagai manusia. Ini sangat penting, karena nantinya akan menuntun kita kedalam pengertian tentang betapa Anda dan saya sangberharga dimata-Nya.  Seandainya saja kita mengetahuinya..ya seandainya saja kita mengetahuinya (*Salam Sukses,)

SEMBULANG BATAM

KAMPONG SEMBULANG HULU (GALANG BATAM)

BY JASNI SEMBULANG