BY JASNI SEMBULANG
Les
Miserables : Harga Seorang Manusia
“Mati
bukanlah soal, yang mengerikan adalah
tidak hidup”
Jean Valjean
Laki-laki yang dipenjara karena persoalan sepele itu
memang bernasib malang. Hukum mengganjarnya dengan tidak adil. 19 tahun
dipenjara untuk sebuah roti dan beberapa kali usaha melarikan diri. Ia sendiri
tentu tidak pernah menyangka sebelumnya bahwa pencurian yang dilakukan hanya
karena ingin menyelamatkan keluarganya yang kelaparan itu, membuat dirinya
terlibat akan konflik moral berkepanjangan. Jean Valjean, lelaki itu keluar
dari penjara dengan api dendam yang berkobar. Diperlakukan semena-mena, hukum yang
kaku, aturan yang dingin, hanya secuil dari segudang ketidakpuasaan akan hidup
yang dirasainya. Bertemulah ia dengan seseorang, Uskup Myriel, nama orang itu.
Mantan narapidana, yang tidak diterima oleh masyarakat itu, akhirnya diterima
bernaung di rumah Sang Uskup. Tidak hanya sekedar diterima, ia diperlakukan
sebagai layaknya seorang manusia. Manusia, bukan mantan narapidana.
Tetapi seolah air susu yang dibalas dengan air tuba,
Valjean mencuri bahkan memukul Sang Uskup hingga pingsan. Perhiasan lilin perak
itu pun diambilnya dari tangan ‘pahlawan yang menolongnya‘. Tetapi ternyata
hidup, tidak seperti hukum-hukum dunia. Hidup adalah hakim yang adil. Valjean
tertangkap. Gilanya, Uskup Myriel malah membela pencuri itu. Orang tua yang
bijak itu malah berdalih, bahwa ialah yang memberikan itu pada Valjean, bahkan
meminta maaf, karena merasa pemberiannya itu tidak cukup.
Si Penjahat justru diselamatkan oleh orang yang ia
aniaya. Kejadian ini menggoncangkan Valjean. Gurun yang membara itu kini telah
diguyur hujan lebat. Inilah awal cara pandang baru yang dimiliki Valjean. Benih
perubahan itu pun mulai tumbuh. Walau tidak mudah, dan kadang terjatuh, ia
tetap bertarung. Seolah petinju yang babak belur dihajar lawan, namun Valjean
memutuskan tidak beringsut dari ring tanding. Seakan mendapatkan sebuah jubah
baru, ia berusaha keras keluar dari masa lalu yang suram. Bukan persoalan
sepele.
Bayangan raksasa itu laksana kulit yang selalu menempel
pada tubuhnya. Tidak mungkin lari. Sepanjang hidup ia terlibat pergumulan untuk
“hidup benar tapi menderita, ataukah hidup sebaliknya”. Akhirnya Jean Valjean
pun dapat mengakhiri pertarungan itu dengan baik.
Bagi sebagian orang penggemar novel dan film drama,
cerita di atas pastilah tidak asing lagi. Les Miserables karya Victor Hugo
memang fenomenal. Tidak terhitung bahasa yang menterjemahkan novel ini. Belum
lagi film adaptasinya yang berjumlah puluhan. Dan kini, jangankan dikalangan
kutu buku, demikian banyak seminar dan motivator terinspirasi akan novel tahun
1862-an itu, dan mengangkatnya kehadapan para audiens.
Bagi Anda yang belum pernah membaca novel karya Victor
Hugo ini, saya sarankan untuk segera membacanya. Atau jika membaca merupakan
kegiatan yang tidak terlalu Anda sukai,ada baiknya Anda mencari versi film nya.
Dari semua orang yang pernah menonton ataupun membaca Les Miserables, hampir
semua sepakat, bahwa intisari dari novel itu adalah betapa berharganya nilai
manusia.
Bicara soal harga manusia, Prof. Norweigh, seorang pakar
kimia dan komputer, dalam sebuah jurnal kedokteran ‘iseng’ menghitung harga
seorang manusia. Mengejutkan, jika diuangkan, total harga organ tubuh, enzim,
kelenjar dll dari manusia itu total berharga kurang lebih USD 85 milyar. Bahkan
untuk sebuah zat penumbuh rambut saja, dengan perkiraan dibutuhkan orang sampai
50 th sebanyak 20 gram, satu gramnya berharga USD 2 juta !
Jadi jangan pernah pandang remeh rambut Anda, entah ia
keriting, lurus, tipis, berombak atau apapun, karena harganya mahal. Ngomong-ngomong,
ada sesuatu yang menarik dari penyelidikan sang profesor, yaitu satu-satunya
komponen yang tidak dapat dimasukkan dalam perhitungan itu adalah nyawa
manusia. Jadi harga semahal itu hanya untuk tubuh, jeroan-jeroan dan berbagai
bahan kimia didalam tubuh kita.
Memang sampai sekarang, belum pernah ada ilmuwan yang
‘berani’ menghitung harga sebuah nyawa manusia, mungkin karena memang hanya itu
satu-satunya item yang tidak bisa dihargai alias tak terkalkulasi lagi. Berarti
jika ditotal-total, kita ini, atau lebih tepatnya hidup Anda dan saya itu jauh..jauh..jauh
lebih berharga dari USD 85 milyar.
Percaya atau tidak, itu benar adanya ! Tetapi harga yang
demikian seolah jadi tidak berharga jika kita melihat banyak orang memilih
untuk melacurkan atau menjual diri, atau terikat akan berbagai kebiasaan yang
merendahkan harkat dan martabatnya, atau bahkan menukar dirinya dengan uang,
jabatan, posisi yang dia pandang sangat berharga. Ironis memang, tetapi itulah
manusia.
Pernah seorang
bijak berkata pada saya demikian, “Tuhan itu tahu persis betapa berharganya
diri kita, setan pun tahu betapa mulianya kita, satu-satunya yang bodoh itu ya
kita sendiri. Manusia sering tidak tahu betapa berharganya dirinya”.
Nah, kembali lagi ke Les Miserables nya Victor Hugo,
Uskup Myriel rupanya termasuk segelintir manusia yang tahu betapa berharganya
manusia, betapapun hitam jejak langkah yang ditinggalkannya di masa lalu. Dan
rupanya sudut pandang yang demikian, punya kuasa untuk mengubah (sebenarnya
saya lebih suka memakai kata ‘mengingatkan’) pribadi seorang Valjean.
Inilah yang membuat Valjean memutuskan untuk ‘hidup’ dan
bukan sekedar ‘tidak mati’. Untuk bertarung sekuat tenaga dan menang, bukan
meninggalkan gelanggang pertandingan dengan kibaran bendera putih setengah
tiang.
Bagaimana dengan Anda dan saya ? Apakah kita sudah berada
dalam keadaan ‘hidup sebenar-benarnya’ ataukah kita sebenarnya sudah tidak
hidup, bahkan jauh hari sebelum kita divonis mati ?
Sepertinya jawaban atas pertanyaan itu, sedikit banyak
akan melibatkan sebuah pertanyaan lagi, tentang seberapa paham kita akan harga
kita sebagai manusia. Ini sangat penting, karena nantinya akan menuntun kita
kedalam pengertian tentang betapa Anda dan saya sangberharga dimata-Nya.
Seandainya saja kita mengetahuinya..ya seandainya saja kita mengetahuinya (*Salam Sukses,)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar